Monday 7 November 2016

Dialog Kedua

Maka Elifas, orang Teman,   menjawab : "Apakah orang yang mempunyai hikmat menjawab dengan pengetahuan kosong, dan mengisi pikirannya dengan angin? Apakah ia menegur dengan percakapan yang tidak berguna, dan dengan perkataan yang tidak berfaedah? Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah.  

Kesalahanmulah   yang mengajar mulutmu,  dan bahasa orang licik   yang kaupilih. Mulutmu sendirilah yang mempersalahkan engkau, bukan aku; bibirmu sendiri menjadi saksi menentang engkau.  Apakah engkau dilahirkan  sebagai manusia yang pertama, atau dijadikan lebih dahulu dari pada bukit-bukit? 

Apakah engkau turut mendengarkan di dalam musyawarah Allah dan meraih hikmat bagi dirimu? Apakah yang kauketahui, yang tidak kami ketahui? Apakah yang kaumengerti,   yang tidak terang bagi kami? Di antara kami juga ada orang yang beruban dan yang lanjut umurnya,  yang lebih tua umurnya dari pada ayahmu. 

Kurangkah artinya bagimu penghiburan  Allah, dan perkataan  yang dengan lemah lembut ditujukan kepadamu? Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu  dan mengapa matamu menyala-nyala, sehingga engkau memalingkan hatimu  menentang Allah, dan mulutmu  mengeluarkan perkataan   serupa itu? 

Masakan manusia bersih, masakan benar  yang lahir dari perempuan? Sesungguhnya, para suci-Nya   tidak dipercayai-Nya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandangan-Nya; lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat,  yang menghirup kecurangan  seperti air. 

Aku hendak menerangkan sesuatu kepadamu, dengarkanlah aku, dan apa yang telah kulihat, hendak kuceritakan, yakni apa yang diberitakan oleh orang yang mempunyai hikmat, yang nenek moyang mereka tidak sembunyikan, ketika hanya kepada mereka negeri itu diberikan, dan tidak ada seorang asingpun masuk ke tengah-tengah mereka. 

Orang fasik menggeletar  sepanjang hidupnya, demikian juga orang lalim selama tahun-tahun yang disediakan baginya. Bunyi yang dahsyat sampai ke telinganya, pada masa damai ia didatangi  perusak. Ia tidak percaya, bahwa ia akan kembali dari kegelapan: ia sudah ditentukan untuk dimakan pedang. Ia mengembara untuk mencari makan, entah ke mana. Ia tahu, bahwa hari kegelapan  siap menantikan dia. Ia ditakutkan  oleh kesesakan dan kesempitan, yang menggagahinya laksana raja yang siap menyergap. Karena ia telah mengedangkan tangannya  melawan Allah dan berani menantang Yang Mahakuasa;  dengan bertegang leher ia berlari-lari menghadapi Dia, dengan perisainya yang berlapis tebal. 

Mukanya telah ditutupinya dengan lemak, dan lapisan lemak  dikenakannya pada pinggangnya; ia menetap di kota-kota yang telah hancur, di rumah-rumah yang tidak dapat didiami orang, yang ditentukan untuk tetap menjadi reruntuhan. Ia takkan menjadi kaya dan hartanya tidak kekal, serta miliknyapun tidak bertambah-tambah di bumi. Ia tidak akan luput dari kegelapan, tunasnya  akan dilayukan oleh nyala api,  dan ia akan dilenyapkan  oleh nafas mulut-Nya. 

Janganlah ia percaya kepada kesia-siaan, akan tertipulah  ia, karena kesia-siaan akan menjadi ganjarannya. Sebelum genap masanya, ajalnya akan sampai;  dan rantingnyapun tidak akan menghijau.  Ia seperti pohon anggur yang gugur buahnya  dan seperti pohon zaitun yang jatuh bunganya. Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil, dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap. Mereka menghamilkan bencana  dan melahirkan kejahatan,  dan tipu daya dikandung hati mereka."

No comments:

Post a Comment